Ternyata Kerajaan Sriwijaya Bukan Buddha, Lalu?

Situs Kerajaan Sriwijaya.data:image

TendaBesar.Com - Kajian Sejarah - Menurut sejarawan lokal asli bangsa indonesia  “Santo Saba Piliang” yang telah banyak meneliti situs sejarah di Nusantara ini, berkesimpulan bahwa  Sriwijaya atau Kedatuan Srivijaya itu tidak berdasar pada ajaran "Buddhism" atau “Hindusm”. Kedatuan Srivijaya bercorak ajaran “Dharmic Original” yaitu ajaran asli nusantara yang merupakan tempat belajarnya para peziarah Tiongkok yang akan pergi dan balik dari dan ke Asia Tengah dan Sekitarnya.

Para Peziarah Tiongkok mulai dari Fa-Hien 399-414 M sampai  I-Tshing 671 - 695 M, datang ke Nusantara terdahulu untuk "Belajar" di situs sejarah Muara Takus (Riau), Muaro Jambi (Jambi), Bahal (Sumut) dan Bumiayu, serta Palembang si sumatera selatan, yang semuanya ini diperkirakan sebagai lokasi dimana pusat Kedatuan Srivijaya berada.  Jadi mereka bukan membawa "Buddhism" dari negaranya dan disebarkan ke Nusantara.  Inilah sejarah yang harus diluruskan yang sebelumnya banyak dikaburkan berdasarkan peneliti sejarawan kolonial.

Penggalian yang paling penting oleh para sarjana Buddhis ke Nusantara ini adalah konsep "Ketuhanan" dalam "Buddhism" yang diadopsi  dari berbagai penelitian teks-teks kuno dalam buku "Sanghyang Kamahayanikan", ajaran leluhur bangsa Indonesia yaitu konsep "Hyang Widhi Tunggal". 

Sebetulnya, ajaran Budha ini mulai terpublikasi di Indonesia ketika Bhikkhu Ashin Jinarakkhita mencetuskan ide mengadakan upacara "Tri Suci Waisak" secara nasional di situs Borobudur pada 22 Mei 1953, sehingga mulai saat inilah dikenal  Borobudur berdasar "Mahayana" sebagai Candi Borobudur.

Di Nusantara, pada abad  4 M sampai dengan 7 M,tidak tercatat misionaris India datang ke Nusantara, untuk menyebarkan ajaran Buddhism atau Hindusm, justru "Peziarah Tiongkok" yang datang ke Nusantara ini adalah untuk "Belajar" dan mencatat ajaran "Dharmic Original" yang telah ada lama di Nusantara ini di Kedatuan Srivijaya, bukan membawa ajaran dari negrinya lalu disebarkan ke Nusantara ini, apalagi jika dibilang bahwa  Palembang  adalah pusat ajaran Buddhis karna dianggap pusatnya Kerajaan Sriwijaya.

Timbul pertanyaan penting, kapankah dan Siapakah "Misionaris/Pendakwah/Pengajar/Orang suci" dari India ke Nusantara ini untuk menyebarluaskan Buddhism dan Hindusm, sehingga Kedatuan Srivijaya ini disebut berasal dari ajaran Hindu/Buddha..?  Tidak ada jawabannya, Karena memang tidak pernah ada, karna ini hanyalah  "Labeling" atau sebutan saja oleh peneliti kolonial yang memang punya tujuan tertentu dan tentu saja ini merupakan pengkaburan sejarah besar Bangsa Indonesia di Nusantara ini.

Dalam literature sejarahpun masih banyak yang meragukan bahwa bagaimana ajaran Hindu/Budha itu masuk dan menyebarkan pahamnnya ke nusantara ini, apakah melalui para pendeta mereka atau melalui perdagangan dan pelayaran. Karna hampir seluruh bagunan situs sejarah yang ada di nusantara adalah berada di pedalaman dan saat itu memiliki hambatan tranportasi yang besar, kecuali melalui sungai.

Berbagai teori sejarawan kolonial yang ada berkenaan dengan masuknya ajara Hindu/Buddha ke Nusantara ini terdapat  beberapa kelemahan dan dapatlah dengan mudah teori tersebut dimentahkan , seperti  :

1. Teori Kesatria,  beranggapan bahwa golongan kesatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang terdapat pada kitab Weda. Tidak ditemukan prasasti yang menggambarkan penaklukan nusantara oleh kerajaan India. Tidak ada catatan pelarian kesatria dari India yang mungkin mendapat kedudukan mulia sebagai raja di Indonesia.

2. Teori Waisyia, beranggapan bahwa kaum waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta dan aksara Pallawa. Sebagian besar kerajaan Hindu-Buddha terletak di pedalaman, bukan di daerah pesisir yang dekat dengan jalur pelayaran. Motif golongan waisya hanya berdagang, bukan menyebarkan agama. Meskipun ada perkampungan pedagang India, kedudukan mereka tidak berbeda dari rakyat biasa.

3. Teori Brahmana, menyatakan raja-raja di nusantara tidak mungkin dapat mengerti isi kitab Weda tanpa dibimbing oleh kaum brahmana. Menurut ajaran Hindu Kuno, seorang brahmanapun dilarang menyeberangi lautan, apalagi meninggalkan tanah airnya.

4. Teori Sundra, Golongan berkasta sudra (pekerja kasar) dari India menginginkan kehidupan lebih baik dengan pergi ke daerah lain, salah satunya Nusantara. Golongan berkasta sudra keluar dari India, karena ingin mendapatkan kedudukan dan lebih dihargai. Teori ini menimbulkan kontroversi karena kaum sudra terdiri dari kelompok dengan derajat terendah sehingga dianggap tidak layak menyebarkan agama Hindu. Selain itu, kaum sudra tidak berniat pergi dari India untuk menyebarkan agama, mereka juga tidak menguasai bahasa Sanskerta yang digunakan dalam kitab Weda.

Belajar dari "Sejarah" adalah melihat mundur dua langkah kebelakang untuk melompat seribu langkah kedepan,nah.. bagaimana kita bisa melompat jauh kedepan jika catatan sejarah yang tertulis penuh dengan ambigu dan penuh dengan pengkaburan.

Hanya dengan melihat ada nya arca dengan bentuk orang duduk bersila, situs ini di sebut Buddha dan situs yang tidak ada patung orang duduk bersila di sebut Hindu. Prambanan disebut candi Hindu maka Mendut otomatis Buddha dan jika situsnya berdampingan disebut "Toleransi".

Berikut ini adalah contoh lain bagaimana ilmuwan Kolonial, melabelkan situs Muara Takus  yang ada di daerah Kampar, Riau, dengan cara cocoklogi alias mencocok cocokan,  yaitu  :

1. G. du Rij van Beest Holle 1879 me "Labeling" Moeara Takoes ini Hindu
2. WP. Groeneveldt,1879-1880,Tidak menyebut situs Moeara Takoes Hindu/Buddha
3. R.D.M Verbeck dan E. TH.Van Delden,1881....me "Labeling" ini Hindu
4. J.W. IJzerman 1889-1893,me "Labeling" ini Buddha
5. N.J. Krom 1912,1923 me "Labeling" Moeara Takoes ini Hindu
6. J.L. Moens di tahun 1924 me "Labeling" Moeara Takoes ini Buddha
7. F.D.K. Bosch 1925,1930,1946, Bosch Moeara Takoes me "Labeling" ini Hindu
8. F.M. Schnitger April 1935 me "Labeling" Moeara Takoes ini Hindu
9. EJ. Brill, 1936.menyebut situs Moeara Takoes ini Hindu.

Dari semua penelitian Filolog Belanda diatas tampak tidak "Konsisten" terhadap apa yang mereka “labelkan” kepada satu objek situs muara takus itu apakah Hindu/Buddha. Mereka hanya me-reka reka dan mengambil kesimpulan dengan memperbandingkan atau mencocockkan  persamaan dengan situs ditempat lain di Asia Tengah dan Timur yang sudah jelas ajaran Buddha/Hindu nya.

Dapatlah disimpukan bahwa benar ajaran Hindu/Buddha itu berasal dari India dan tidaklah benar jika situs situs di Nusantara berdasarkan ajaran Hindu/Buddha , sehingga tidaklah benar pula jika situs sejarah Kedatuan Srivijaya itu adalah Buddhism atau Hindusm. Sejatinya yang tergambar di situs situs tersebut adalah ajaran “Dharmic Original" yang merupakan ajaran asli nusantara yang mendasari lahirnya ajaran Hindu,Buddha dan Jaina di India sana.

TRUE BACK HISTORY NUSANTARA

Bogor, 5  Agustus  2021
Lebih baru Lebih lama

ads

ads

نموذج الاتصال