Oleh: Elbar
Pengamat Receh
Faktor Kemenangan Pramono Anung-Rano Karno
Pramono Anung-Rano Karno, politisi kawakan yang juga dikenal sebagai figur publik, berhasil memenangkan Pilkada dengan perolehan suara yang signifikan. Berbekal citra positif, rekam jejak karier politik, dan kemampuan membangun koneksi dengan berbagai lapisan masyarakat, Pramono berhasil menarik simpati pemilih. Kampanyenya yang mengusung isu keberlanjutan pembangunan, pemberdayaan ekonomi, dan pemerataan akses layanan publik dianggap mampu menjawab kebutuhan masyarakat di wilayahnya.
Namun, kemenangan ini juga diiringi dengan analisis bahwa gelombang dukungan terhadap tokoh besar seperti Anies Baswedan telah memberikan dampak besar bagi jalannya kompetisi politik, terutama bagi kandidat-kandidat yang berafiliasi dengan gerakan atau nilai-nilai yang digaungkan Anies.
Efek Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta
Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, dikenal sebagai figur nasional yang memiliki basis pendukung yang solid. Narasi yang ia bangun tentang keadilan sosial, inklusivitas, dan keberpihakan pada masyarakat kecil telah menginspirasi banyak orang, termasuk aktor-aktor politik lokal. Tidak sedikit kandidat kepala daerah yang mencitrakan dirinya sebagai bagian dari semangat perubahan yang dibawa oleh Anies.
Dalam kasus Pramono-Rano, meskipun ia tidak secara langsung terafiliasi dengan Anies, namun dukungan sosok yang kerap dipanggil abah itu nyata berdampaknya pada elektabilitas Pramono-Rano.
Hal itu juga diaminkan oleh ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Dilansir oleh Kompas.com Jumat (22/11/2024), Mardani mengatakan bahwa keunggulan suara pasangan Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 karena efek dukungan dari sosok Anies Baswedan. Mardani juga menampik anggapan sejumlah survei bahwa elektabilitas Pramono-Rano juga terdongkrak oleh dukungan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. “Saya malah enggak setuju karena (dukungan) Anies dan Ahok. Itu Anies doang kok. Karena Ahok kan sudah kelamaan, kalau Anies efeknya ada,” seloroh Mardani
Jauh sebelumnya seperti dilansir Tempo.com pada 17 November 2024, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, menuturkan bahwa pertemuan Anies Baswedan dengan pasangan calon nomor urut tiga Pramono Anung-Rano Karno bisa menggiring suara masyarakat yang selama ini mendukung Anies untuk memilih Pramono-Rano.
Ujang menyebut bahwa pertemuan Pramono Anung-Rano Karno dengan Anies Baswedan di ujung masa kampanye, merupakan strategi jitu pasan nomor tiga itu untuk memastikan dan meyakinkan pemilih Anies yang selama ini lebih dikenal dengan sebutan ‘Anak Abah’ agar memilih Pramono-Rano pada Pilkada Jakarta 2024. Pramono dan Rano, kata dia, ingin memastikan penambahan elektabilitas dari pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Pasca pertemuan itu, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan elektabilitas Pramono-Rano langsung melesat tinggi menyalip pasangan Rido yang didukung oleh belasan partai politik papan atas itu. Elektabilitas Pramono-Rano menyentuh angka 46 persen, sedangkan paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) berada pada posisi 39,1 persen, dan paslon nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana mencapai 5,1 persen.
Isu-isu Nasioanl Anies Baswedan Digunakan Pramono-Rano
Efek domino juga terlihat dari perubahan pola pemilih di wilayah DKI Jakarta. Dalam beberapa survei sebelum Pilkada, terlihat bahwa isu-isu nasional yang diusung Anies berhasil menarik perhatian, bahkan di tingkat lokal. Pemilih tidak lagi hanya melihat program kerja kandidat, tetapi juga mencari representasi ideologi yang lebih besar.
Strategi kampanye Pramono yang menonjolkan keberpihakan pada rakyat kecil, program pembangunan yang berkelanjutan, dan narasi keberpihakan kepada semua golongan yang tadinya digunakan Anies saat kampanye pilpres, berhasil menangkap semangat perubahan yang dibawa Capres 2024 tersebut. Hal ini memengaruhi tingkat partisipasi pemilih, terutama dari generasi muda yang merasa bahwa suara mereka dapat membawa perubahan signifikan.
Akhir Kata
Kemenangan Pramono Rano Karno menunjukkan bahwa politik lokal tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik nasional. Efek gelombang Anies Baswedan memberikan keuntungan tersendiri bagi kandidat yang mampu memanfaatkan momentum tersebut. Meski demikian, keberhasilan Pramono juga tidak lepas dari kemampuannya meramu strategi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Dengan kemenangan ini, Pramono dihadapkan pada tantangan besar untuk mewujudkan visi dan misinya. Sementara itu, pengaruh Anies Baswedan dalam lanskap politik Indonesia semakin menegaskan pentingnya narasi perubahan yang dapat menyatukan aspirasi masyarakat di berbagai level.