Oleh: Kang Elbar
Pengamat Recehan
Popularitas Anies di Jakarta
Anies Baswedan, yang sebelumnya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dikenal memiliki basis pendukung yang kuat di ibu kota. Selama masa kepemimpinannya, Anies berhasil membangun citra sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat kelas menengah ke bawah serta memiliki visi progresif untuk Jakarta. Meski kerap menuai kontroversi, popularitas Anies tetap solid, terutama di kalangan pemilih yang menginginkan perubahan dan keberpihakan pada kebijakan populis.
Keputusan PDIP untuk tidak mengusung Anies Baswedan melainkan Pramono Anung sebagai calon mereka dalam kontestasi politik di Jakarta dianggap sebagai langkah yang berisiko. Banyak yang berpendapat bahwa dengan tidak mendukung figur populer seperti Anies, PDIP justru mempersempit peluang mereka untuk memenangkan hati para pemilih Jakarta.
Kekecewaan Pendukung Anies
Pendukung Anies Baswedan yang tersebar luas di Jakarta merasa kecewa dengan sikap PDIP. Mereka menilai partai tersebut telah melewatkan kesempatan untuk merangkul salah satu tokoh yang memiliki rekam jejak kuat dalam memperjuangkan kepentingan warga Jakarta.
Dalam beberapa survei terbaru, Anies tetap menjadi salah satu tokoh dengan tingkat elektabilitas tinggi di Jakarta, meski tidak lagi menjabat sebagai gubernur. Keputusan PDIP yang memilih jalur berbeda dengan tidak mendukung Anies Baswedan melainkan Pramono Anung bisa berujung pada kekalahan telak PDIP di Pilkada DKI Jakarta.
Tantangan untuk PDIP di Jakarta
PDIP memang dikenal memiliki basis massa kuat di berbagai wilayah Indonesia, namun Jakarta memiliki dinamika politik yang unik. Pemilih di ibu kota sering kali lebih kritis dan tersegmentasi, sehingga strategi pemilihan kandidat sangat menentukan. Selain itu, peran media sosial dan opini publik di Jakarta sangat berpengaruh, dan sentimen terhadap figur seperti Anies sangat kuat.
PDIP dipastikan menghadapi tantangan besar untuk menarik suara pemilih tanpa adanya figur karismatik yang populer di Jakarta apalagi Pramono Anung adalah tokoh yang popularitasnya sangat minim di Jakarta. Langkah-langkah yang diambil partai ini, termasuk strategi kampanye dan tokoh yang mereka dorong, akan sangat menentukan nasib mereka dalam Pilkada mendatang.
Pilihan PDIP dan Kandidat Alternatif
Keputusan PDIP untuk tidak mengusung Anies Baswedan melainkan Pramono Anung diyakini sebagai bagian dari strategi partai yang ingin tetap memegang kendali penuh atas figur yang mereka dukung. Namun, tanpa kehadiran tokoh dengan daya tarik elektoral seperti Anies, PDIP harus bekerja berkali lipat untuk dapat menarik perhatian pemilih Jakarta.
Meski PDIP memiliki Rano Karno kader kuat dan asli orang Betawi, tetap saja tidak memiliki tingkat popularitas yang sebanding dengan Anies. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah PDIP mampu mempertahankan kekuatan politiknya di Jakarta ataukah keputusan untuk tidak mengusung Anies akan menjadi blunder besar?
Prospek Kekalahan Telak
PDIP diperkirakan akan kehilangan sebagian besar suara dari kelompok pemilih yang selama ini setia pada mantan gubernur tersebut. Jika partai-partai lain memanfaatkan momentum ini dengan baik, kemungkinan besar PDIP akan mengalami penurunan perolehan suara yang signifikan.
Selain itu, faktor lain yang memperburuk situasi bagi PDIP adalah potensi kehilangan suara karena kegagalan dalam mengusung calon kuat yang diterima secara luas di Jakarta. Hal tersebut pasti akan berujung pada kekalahan yang tidak hanya signifikan secara angka, tetapi juga berdampak pada posisi PDIP di kancah politik nasional yang selama ini tak tekalahkan dalam pileg beberapa periode belakangan.
Hasil Survey Terbaru
Berdasarkan survei terbaru Pilkada Jakarta 2024 dari berbagai sumber, Ridwan Kamil (RK) dan Pramono Anung menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam elektabilitas mereka. Ridwan Kamil saat ini unggul dengan elektabilitas rata-rata sebesar 53,9%, menjadikannya kandidat terkuat dalam bursa Pilkada DKI Jakarta.
Dukungan untuk RK terutama didorong oleh pengalamannya dalam pemerintahan dan bukti nyata hasil kerjanya. Di sisi lain, Pramono Anung memperoleh 20,8%, sementara Dharma Pongrekun tertinggal jauh di angka 3,3%
Pasangan Ridwan Kamil-Suswono juga menjadi yang terfavorit dalam survei Proximity dengan perolehan 56,5%, sementara pasangan Pramono Anung-Rano Karno berada di posisi kedua dengan 24,5%. Dukungan untuk Pramono tampaknya kurang kuat dibandingkan RK, dan masih ada 15,9% responden yang belum menentukan pilihan
Survei ini menunjukkan keunggulan signifikan Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta 2024, sementara Pramono Anung masih tertinggal cukup jauh.
Apakah PDIP akan mampu mengejar ketertinggalan, kemungkinannya sangat kecil dan hampir mustahil. Meskipun demikian segala sesuatu masih mungkin terjadi.
Wallahu'alam