TendaBesar.Com - Bogor - Konflik sekolah At Taufiq Bogor semakin meruncing. Upaya mediasi yang dilakukan wali kota Bogor Bima Arya pada Selasa, 2 November 2021 belum membuahkan hasil. Informasi yang didapatkan tendabesar bahwa wali kota Bogor akan kembali memanggil kedua belah pihak, Selasa 9 November 2021.
Namun di tengah upaya mediasi yang dilakukan oleh wali kota Bogor itu justru langkah Disdik kota Bogor menghentikan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) menjadi tanda tanya besar. Sebab info dari internal At Taufiq bahwa PTMT di sekolah itu berjalan dengan sangat baik.
Penghentian PTMT tersebut tertuang dalam surat keputusan Kepala Dinas Kota Bogor Nomor 421.3/0681-disdik yang isinya menyebutkan bahwa PTMT Sekolah SMPIT At Taufiq dihentikan sementara sampai waktu yang ditentukan.
Untuk memastikan kabar tersebut, tendabesar.com mencoba menghubungi kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi untuk mempertanyakan alasan penghentian PTMT tersebut.
Hanafi mengatakan bahwa langkah itu diambil berdasarkan hasil evaluasi dan monitoring yang dilakukan di lapangan. Hanafi menyampaikan bahwa Wali Kota telah melakukan mediasi kedua belah pihak dan terdapat kesepakatan proses belajar mengajar tidak boleh terganggu.
“Hasil mediasi pertama oleh Pa Walikota. Terdapat kesepakatan bahwa legalitas tidak perlu diperdebatkan lagi ada pada Yayasan Al Irsyad. Di samping itu Pa Wali menegaskan agar jangan sampai ada pelarangan bagi guru kedua pihak untuk melaksanakan aktivitasnya”, beber Hanafi , Senin, (8/11/2021) saat dikonfirmasi via WhatsApp-nya.
Hanafi menyambung bahwa hasil pantauannya PTMT berjalan tidak sebagaimana mestinya. Sebab tidak semua siswa diperkenankan untuk mengikuti PTMT.
“PTMT yang semestinya diikuti oleh seluruh siswa tanpa perlu melihat anak tersebut dari pihak A atau pihak B. Namun kenyataannya tidak semua siswa dapat mengikuti PTMT tersebut, karena ada pelarangan salah satu pihak terhadap guru dari pihak yang lain”, sambung Hanafi
Hanafi menjelaskan bahwa PTMT bukan sekedar pelaksanaannya, melainkan ada tahapannya mulai dari self asesmen hingga verifikasi faktual. Artinya ada tahapan dan ada regulasi yang mesti dipatuhi.
“Kegiatan PTMT bukan sekedar pelaksanaannya saja, namun ada tahapan-tahapan yang harus diikuti, dari mulai self asesmen hingga verifikasi faktual ke sekolah baru disdik memutuskan PTMT bagi sekolah secara bertahap. Artinya ada tahapan dan juga ada regulasi yang harus dipatuhi”, kata Hanafi
Hanafi memutuskan untuk menghentikan PTMT SMPIT At Taufiq karena dalam pantauannya ditemukan ketidaksesuaian pelaksanaan dengan ketentuan yang berlaku. Namun Hanafi tidak menjelaskan secara rinci ketidaksesuaian pelaksanaan yang dimaksud.
“Setelah beberapa kali memantau kegiatan PTMT tersebut, ditemukan ketidaksesuaiaan pelaksanaan dengan ketentuan yang berlaku”, ujar Hanafi
Namun demikian Hanafi juga menyampaikan bahwa penghentian PTMT itu hanya sementara. Itu dilakukan sembari menunggu hasil mediasi oleh wali kota.
“Karena prinsip utama PTMT itu keamananan, kenyamanan dan keselamatan bagi seluruh warga sekolah. Kami memutuskan menghentikan untuk sementara waktu. Insyaallah tidak akan lama, sambil menunggu hasil mediasi”, kata Hanafi
Ditanya apakah penghentian PTMT ini atas permintaan dari pihak Al Irsyad? Hanafi menjawab seolah membenarkan bahwa memang penghentian itu keinginan Al Irsyad.
"Pengajuan Al Irsyad tahap 2 PTMTnya", jawab Hanafi singkat.
Untuk memastikan apakah benar ada pelarangan guru dan siswa mengajar dan belajar pada PTMT yang berjalan selama hampir 4 minggu tersebut, tendabesar mencoba menghubungi Direktur At Taufiq, Irma Dewiyana. Irma membantah ada pelarangan kepada guru-guru yang berafiliasi kepada Yayasan Al Irsyad Al Islamiyyah Bogor (YAAB) untuk mengajar.
“Tidak ada, tidak ada pelarangan guru-guru At Taufiq yang berafiliasi ke YAAB untuk mengajar. Kalo guru baru yang direkrut YAAB memang kami larang karena guru lama masih mengajar, kita tidak butuh guru baru, karena guru lama masih ada, masih cukup”, kata Irma melalui sambungan telephonnya, Senin, (8/11/2021)
Senada dengan Irma, Ujang Wahyudin Kepala Sekolah SMPIT At Taufiq versi Yayasan At Taufiq ICAT Bogor (YATIB) juga mempertanyakan pernyataan Kepala Disdik kota Bogor yang mengatakan tidak semua siswa dapat mengikuti PTMT karena adanya pelarangan. Ujang malah mengatakan jika semua siswa baik yang orang tuanya pro YAAB ataupun yang pro YATIB semua mendapatkan pelayanan yang sama, tidak ada satupun yang dibiarkan terlantar.
“Undangan PTMT atau KBM offline ditujukan untuk semua orangtua dan siswa SMPIT At Taufiq, tanpa membeda-bedakan orangtua maupun siswa, semua diundang untuk mengikutinya, bahkan pihak sekolah menjapri orangtua agar anak-anaknya mengikuti PTMT atau KBM offline tersebut, namun satuan pendidikan tidak bisa memaksa orangtua yang tidak mengijinkan anaknya untuk mengikuti PTMT. Namun sekolah memfasilitasi anak yang tidak diijinkan ikut PTMT oleh orang tuanya untuk mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)”, terang Ujang
Ririn, salah seorang guru yang cukup senior menyayangkan apa yang dilakukan oleh dikdis tersebut. Penghentian PTMT akan menghilangkan kebahagiaan siswa dan orang tua yang baru beberapa minggu ini sumringah. Ririn menilai bahwa tindakan disdik itu sebagai perbuatan yang egois.
“Anak-anak bahagia dengan PTMT ini, bahkan ada ada yg mengaku "waktu online aku nggak ngerti sama sekali, pas offline ini sedikit demi sedikit jadi paham ustzh. Anak-anak bahagia, bisa bertemu dengan guru, dan teman-temannya. Pembelajaran juga lebih efektif. Interaksi sosial mereka juga baik. Jadi seharusnya BUKAN DIHENTIKAN! tp di evaluasi dan dilakukan perbaikan. Kata disdik anak-anak jangan di korbankan, lah klo seperti ini? Justru diknas mengorbankan siswa, Egois banget dong!", tulis ririn melalui WhatsAppnya.
Seorang guru yang tidak ingin disebutkan identitasnya melihat tindakan disdik menghentikan PTMT sebagai tindakan berbau pesanan. Sebab pada keputusan yang disebar melalui BC itu sangat kentara puzzlenya. Sumber itu menyebut poin 2 dan poin 3 keputusan Itu bukti bahwa penghentian PTMT itu pesanan
“Maaf kok saya melihat penghentian PTMT itu pesanan ya, soalnya lihat baik-baik poin 2 dan 3 surat keputusan itu jelas pazelnya. Keputusan disdik itu patut diduga pesanan dan disdik juga patut diduga berkontribusi dalam kekisruhan”, katanya
Poin 2 keputusan itu berbunyi :
“Sementara PTMT dihentikan sekolah memberikan pembelajaran jarak jauh (PJJ) di bawah koordinasi kepala sekolah yang mendapat penugasan dari Yayasan Al Irsyad Al Islamiyah Bogor”.
Sementara poin 3 nya berbunyi:
“Guru-guru yang melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) mendapatkan surat keputusan melaksanakan proses belajar mengajar dari kepala sekolah yang dimaksud pada diktum kedua”.
Guru lainnya yag juga tidak mau disebut identitasnya menyampaikan keyakinannya bahwa disdik berpihak kepada YAAB meskipun dalam berbagai kesempatan disdik mengatakan posisinya netral dengan kasus yang sedang terjadi di sekolah At Taufiq.
“Saya yakin bahwa disdik itu berpihak. Sudah dua kali mereka datang ke sini tanpa pemberitahuan. Tiba-tiba datang, gak ada adab. Lucunya datangnya bersamaan dengan manajemen dan guru-guru YAAB, tidak ingin diketahui oleh YATIB. Jelas dan kentara kong kali kongnya, seharusnya datengnya single aja, sehingga tidak terkesan menganak tirikan guru di sini", beber guru tersebut
Alasan lain kenapa guru berperawakan agak steret itu yakin disdik tidak netral dalam kasus sekolah At Taufiq karena justru disdik menghentikan PTMT ditengah antusiasme orang tua mengizinkan anaknya ikut PTMT makin tinggi.
"Antusias siswa SMPIT AT Taufiq sangat tinggi untuk mengikuti PTMT ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah ortu yang mengizinkan anaknya untuk berangkat ke sekolah guna melaksanakan PTMT, ditunjukkan dengan surat izin bermaterai. Menurut saya surat izin ini lebih sakti dari izin siapapun, bukankah ketikapun satgas covid atau disdik mengizinkan PTMT, tetapi jika orangtua tidak mengizinkan anaknya ke sekolah, maka tidak akan terjadi yang namanya PTMT. Kenyataannya ketika ortu mengizinkan untuk PTMT, malah Disdik menghentikannya", tutup guru itu.
(ah/tb)