Pusat Logistik Depok Untuk Rakyatnya


Oleh: Hatma S.

TendaBesar.Com - Opini - Ide salah satu pasangan calon (Paslon) di Pilkada Depok 2020 yang didukung oleh Partai Gelora, PDIP, Gerindra dan mayoritas Parpol di Depok, tentang Depok sebagai pusat logistik sangat menjanjikan bagi terwujudnya masyarakat Depok yang lebih sejahtera. Menguntungkan bagi masyarakat Depok. Bukan bagi segelintir pengusaha, atau bagi oligarki partai penguasa.

Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2020 memperkirakan, nilai ekonomi berbasis internet di Asia Tenggara mencapai US$ 105 miliar atau sekitar Rp 1.475 triliun pada tahun ini. Sebanyak US$ 44 miliar atau Rp 619 triliun di antaranya disumbang oleh Indonesia. Nilai ekonomi digital di Indonesia tumbuh 11% dibandingkan tahun lalu (year on year/yoy).

Kabar gembira dari laman KataData di atas menggembirakan para pelaku usaha di tanah air. Apalagi bagi kota paling strategis di sebelah barat Pulau Jawa yaitu: Depok.

Tingginya jumlah pengguna internet di Kota Depok, dinilai cukup menjadi modal bagi Depok untuk mengembangkan ekonomi digital. Upaya pengembangan ke arah ekonomi digital ini, juga seiring dengan tren belanja online yang tengah berkembang di masyarakat. Apalagi pandemi ini mempercepat proses digitalisasi ini.

Dari laman DepokPos, Kepala Seksi (Kasi) Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok, Erwin Subarkah mengatakan, pengguna internet di Kota Depok sebesar 65,17 persen. Jumlah tersebut, kebanyakan diakses melalui perangkat ponsel pintar (smartphone), sebesar 65,30 persen. Sangat menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi digital.

Paling tidak terdapat enam besar kategori usaha di Kota Depok. Mulai dari perdagangan, informasi dan komunikasi (infokom), industri, real estate, angkutan pergudangan, dan jasa. Sebanyak 40 persen berada di sektor perdagangan, lalu disusul oleh infokom sebanyak 22 persen. Potensi ini apabila dikelola oleh pemerintah dengan baik, didorong untuk "Go Digital", tentu akan melejitkan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Depok. Perdagangan secara digital, alias e-commerce, akan mudah tumbuh cepat di Depok.

65 persen PDRB Kota Depok adalah sumbangsih dari UMKM. Sementara 35 persen dari berbagai usaha lainnya, ucap walikota di laman JabarNews. Di akhir 2019 saja, jumlah UMKM yang tercatat oleh Pemkot adalah 2.385 pelaku. Belum pula yang tercatat.

Dengan 2,3 juta orang penduduk, Kota Depok adalah pasar yang sangat menjanjikan. Dengan 1% dari penduduk adalah pelaku UMKM, tentu jumlah penduduk sebesar ini adalah kue ekonomi yang menjanjikan bagi UMKM Depok. Dengan catatan, penikmat terbesar kue ekonomi ini adalah UMKM Depok. Bukan pelaku usaha dari luar Depok.

Kita semua paham bahwa di dunia ini, aktivitas ekonomi tak bisa terlepas dari Teori Supply Chain, dimana aliran: informasi, keuangan dan barang/manusia; akan selalu ada. Apabila ekonomi berbasis internet yang sarat informasi, khususnya e-commerce meningkat, tentu aspek logistik (barang) akan turut meningkat.

Secara domestik, 1% penduduk Depok yang tercatat sebagai UMKM perlu bersaing dengan perusahaan besar maupun UMKM dari daerah lain dan dari luar negeri sekalipun. Salah satu comparativeness yang dimiliki oleh UMKM Depok adalah: distance! Jarak yang dekat dengan konsumen. Siapa konsumen ini? Tentu yang terdekat adalah warga Depok sendiri. Kemudian, warga DKI yang merupakan pasar terbesar nasional. 

Perputaran ekonomi di dalam Kota Depok akan bisa didorong dengan meningkatnya daya saing UMKM Depok di pasar lokal (Depok). Ketika ongkos kirim (Ongkir) dari UMKM Depok bisa lebih efisien daripada pelaku usaha dari luar kota, akibat jarak yang dekat antara UMKM Depok dengan konsumen, niscaya UMKM Depok akan lebih cepat tumbuh. 

Begitu juga, apabila UMKM Depok berhasil ditingkatkan daya saingnya di pasar di luar kota Depok, pertumbuhan akan didapatkan. Dan salah satu titik daya ungkit untuk meningkatkan daya saing itu adalah melalui efisiensi logistik. Ongkir yang murah dari Depok ke pasar tujuan.

Logistik adalah kunci. Sampai China pun tak segan-segan untuk menggelontorkan trilliunan dana guna membangun sistem logistik global melalui One Belt One Road Projects nya. Semakin efisien logistik di dalam Kota Depok, semakin tinggi daya saing UMKM Depok terhadap pelaku usaha dari luar. Semakin efisien logistik dari Depok menuju ke pasar tujuan di luar, semakin tinggi pula daya saing UMKM Depok.

Meningkatnya daya saing ini tentu berbanding lurus dengan pertumbuhan usaha UMKM Depok. Jika laman Kompas melansir bahwa UMKM di Indonesia secara umum menyediakan 99% lapangan kerja yang ada, secara naif, maka kurang lebih di Depok pun demikian. Tumbuhnya UMKM di Depok akan menumbuhkan pula lapangan kerja yang tersedia. 

Tumbuhnya UMKM Depok akan membawa solusi bagi pengangguran yang di 2019 oleh Dinas Ketenagakerjaan (Disnarker) Kota Depok, Jawa Barat tercatat sejumlah 70.380 warga, yang didominasi lulusan SMK. Jumlah tersebut menunjukan angka pengangguran mencapai 6,8 persen dari total penduduk Kota Depok. 

Pengangguran dan juga kemiskinan adalah masalah besar yang belum pula usai dituntaskan oleh Pemkot Depok yang dipimpin oleh Paslon Petahana di Pilkada Depok 2020. Padahal Depok memiliki lokasi strategis. Terletak di antara ibukota sebagai pasar terbesar nasional dan Bogor sebagai penyedia sumber daya alam (SDA) yang besar.

Kita bisa lihat bahwa menjadikan Depok sebagai Pusat Logistik Jabodetabek, Jawa Barat & Banten, akan membawa manfaat besar bagi masyarakat Depok. UMKM akan tumbuh, lapangan kerja akan tercipta lebih banyak dan masyarakat yang sejahtera akan semakin mudah dicapai.

Inspirasi dari Janji Pradi - Afifah.
Lebih baru Lebih lama

ads

ads

نموذج الاتصال