Oleh: Kang Zamzam Irfan
Pengamat Sosial Politik dan Pendidikan
TendaBesar.Id - Opini - Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, telah lama dikenal dengan keragaman dan toleransinya. Keberagaman ini bukan hanya mencakup perbedaan agama, tetapi juga suku, budaya, dan bahasa yang membentuk mosaik sosial yang kaya. Namun, dalam konteks ini, munculnya reaksi berlebihan dari sebagian umat Islam terhadap isu-isu yang sebenarnya tidak substantif, seperti penggantian adzan di televisi saat acara misa Paus Fransiskus, patut menjadi perhatian kita semua. Reaksi semacam ini bukan hanya tidak produktif, tetapi juga bisa merusak harmoni sosial yang telah terbangun selama ini.
Sebagai pengamat sosial, saya melihat bahwa dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, sikap bijak dan proporsional adalah kunci untuk menjaga keberagaman ini tetap harmonis. Reaksi berlebihan terhadap hal-hal yang tidak substansial hanya akan menciptakan ketegangan yang tidak perlu dan memecah belah masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk lebih fokus pada isu-isu fundamental yang benar-benar mempengaruhi kehidupan dan kemajuan umat.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah memberikan pandangan bahwa penggantian adzan di televisi saat misa Paus Fransiskus tidak melanggar syariat Islam. Pernyataan ini seharusnya menjadi pedoman bagi umat Islam untuk tidak bereaksi secara berlebihan terhadap isu tersebut. Mengabaikan pandangan otoritatif dari lembaga seperti MUI justru bisa menimbulkan disinformasi dan memicu reaksi yang tidak proporsional.
Mari kita renungkan ayat berikut ini sejenak:
لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Mumtahanah: 8)
Lebih jauh, reaksi terhadap hal-hal yang tidak substantif bisa menjadi pengalih perhatian dari isu-isu yang jauh lebih penting dan mendesak. Umat Islam di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan perhatian serius, seperti ketimpangan ekonomi, kualitas pendidikan, dan akses terhadap layanan kesehatan. Ini adalah isu-isu yang harus menjadi fokus utama jika umat ingin memperkuat posisinya dalam konteks sosial dan politik di Indonesia.
Sikap reaktif juga bisa mencerminkan ketidakdewasaan dalam beragama. Dalam masyarakat yang plural, penting untuk memiliki pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang bagaimana agama dipraktikkan dalam konteks sosial yang beragam. Bereaksi terhadap hal-hal kecil, seperti penggantian adzan di televisi, bisa dilihat sebagai bentuk ketidakmampuan untuk memahami esensi dari agama itu sendiri, yaitu membawa kedamaian dan rahmat bagi semua.
Sebagai umat mayoritas, umat Islam memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga stabilitas sosial di Indonesia. Sikap proporsional dalam merespons isu-isu keagamaan bukan hanya akan memperkuat posisi umat Islam, tetapi juga menunjukkan kedewasaan dalam beragama. Sikap ini juga sejalan dengan prinsip Pancasila yang menekankan pentingnya kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia.
Dalam konteks global, umat Islam di Indonesia harus menyadari bahwa reaksi berlebihan terhadap hal-hal kecil bisa merusak citra Islam sebagai agama yang damai dan toleran. Dunia sedang menyaksikan berbagai konflik yang dipicu oleh perbedaan agama, dan Indonesia bisa menjadi contoh bagaimana keragaman agama bisa hidup berdampingan dengan damai. Namun, ini hanya mungkin jika umat Islam di Indonesia mampu menunjukkan sikap yang bijak dan proporsional dalam menghadapi perbedaan.
Lebih penting lagi, umat Islam harus fokus pada penguatan internal. Masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan untuk memperkuat umat secara sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, peningkatan kualitas pendidikan Islam, penguatan ekonomi umat melalui program-program yang berbasis kewirausahaan, dan upaya untuk memperjuangkan keadilan sosial yang lebih merata. Ini adalah isu-isu yang jauh lebih substantif daripada sekadar bereaksi terhadap hal-hal yang sifatnya simbolis.
Selain itu, umat Islam juga harus memperhatikan bagaimana sikap mereka mempengaruhi hubungan antarumat beragama di Indonesia. Sikap yang terlalu reaktif bisa menciptakan jarak antara umat Islam dengan kelompok agama lainnya, yang pada akhirnya bisa melemahkan solidaritas nasional. Dalam konteks ini, penting untuk mengingat bahwa Indonesia adalah negara yang dibangun di atas semangat persatuan dan kesatuan, di mana semua warga negara, tanpa memandang agama, suku, atau budaya, memiliki hak yang sama.
Pendidikan agama yang Konservatif komprehensif dan inklusif dalam menerima beragam pendapat ulama bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah sikap reaktif yang berlebihan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang Islam dan bagaimana agama ini mengajarkan toleransi dan kerukunan, umat Islam akan lebih mampu merespons isu-isu sosial dengan cara yang bijak dan proporsional. Pendidikan juga bisa membantu umat untuk lebih fokus pada isu-isu yang benar-benar penting dan berdampak nyata pada kehidupan mereka.
Di sisi lain, penting juga untuk mendorong dialog antarumat beragama yang lebih intensif. Dialog ini bisa menjadi sarana untuk memperkuat pemahaman dan toleransi antaragama, sekaligus mengurangi potensi konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman atau mispersepsi. Dengan dialog yang terbuka dan jujur, umat Islam bisa lebih bijak dalam menyikapi isu-isu keagamaan dan lainnya dalam lingkup kebijakan nasional.
Pada akhirnya, sikap proporsional dalam merespons isu-isu keagamaan bukan hanya penting untuk menjaga kerukunan sosial, tetapi juga untuk memperkuat posisi umat Islam di Indonesia. Dengan fokus pada hal-hal yang benar-benar substantif dan berdampak jangka panjang, umat Islam bisa memainkan peran yang lebih signifikan dalam pembangunan nasional. Ini bukan hanya tentang menjaga harmoni, tetapi juga tentang berkontribusi secara positif bagi kemajuan bangsa.
Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang majemuk, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk menjaga keberagaman ini tetap harmonis. Sikap bijak, proporsional, dan tidak mudah terprovokasi adalah kunci untuk mewujudkan hal ini. Dengan fokus pada isu-isu yang substansial dan mendukung upaya-upaya yang bisa memperkuat umat, kita bisa memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi negara yang damai dan sejahtera bagi semua warganya. Wallahu A'lamu bishawab