Oleh: Syeikh Dr. Ahmad Farid
TendaBesar.Com - Kajian - Seperti diketahu syarat diterimanya ibadah seseorang adalah memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu ikhlas dan ittiba'ussunnah (sesuai sunnah Rosululloh SAW).
Pembahasan kali ini kita fokus pada syarat yang kedua, sebab ini merupakan syarat yang sering kali menjadi perdebatan menarik dikalangan para ilmuan.
Syarat kedua diterimanya amal (ibadah) ialah bahwa amal tersebut harus sesuai dengan Sunnah Nabi ﷺ. Berdasarkan Hadist riwayat Aisyah radhiyallahu anha yang menyatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
"Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru di dalam perkara (agama) kami ini yang bukan merupakan bagian darinya maka ia ditolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat Muslim dikatakan:
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
"Barangsiapa mengamalkan sesuatu yang tidak sesuai dengan perintah kami maka ia ditolak.”
Hadist ini salah satu dari prinsip-prinsip Islam yang agung. Bila Hadist "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat" adalah parameter amal secara batin maka Hadist di atas ini adalah parameter amal secara lahir.
Bila setiap amal yang tidak ditujukan untuk mencari ridha Allah pelakunya tidak mendapat pahala maka setiap amal yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan RasulNya akan ditolak mentah-mentah .
Sabda Nabi ﷺ "tidak sesuai dengan perintah kami" mengisyaratkan bahwa seluruh amal perbuatan harus tunduk di bawah hukum-hukum syari'at. Sehingga hukum-hukum syari'at berkuasa atas hamba dengan perintah dan larangannya. Barangsiapa yang amalnya berjalan di bawah hukum-hukum syari'at dan sesuai dengannya maka ia akan diterima. Dan barangsiapa yang amalnya keluar dari situ maka ia akan ditolak. Nabi ﷺ telah memberitahu umatnya tentang jalan yang seharusnya mereka lalui supaya mereka tidak menjadi orang yang tertipu kelak di hari Kiamat.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
اَ لَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahfi: 104)