Mencari Makna, Kala Presiden Jokowi Menjadi Endoser Gelora


Oleh: Adi Siregar
Ketua Garbi Bekasi

TendaBesar.Com
- Opini - Sebagai penikmat politik sejak SMA, case pertama saya saat itu, Demo Mahasiswa yang menuntut Pak Harto Mundur. Mengikuti perkembangan hari demi hari, hingga akhirnya, Pak Harto memilih Mundur.

Adalah perbincangan rutin dengan sejawat di SMA yang juga suka dengan topik politik. Dan kita memiliki kesamaan, pemilih PAN karena faktor figur Amin Rais. Sang Mega Bintang saat Reformasi bergulir.

Selepas Pak Harto lengser, partai politik lahir beranak pinak. Ada yang sukses dua musim kompetisi Pemilu. Tapi ada juga yang gak bernafas panjang. Bahkan sejak dilahirkan sudah ada partai yang merencanakan kematiannya. Karena tak punya narasi besar sebagai cita-cita politik.

Dua puluh tahun lebih sesudah Pak Harto tumbang, partai baru bernama Gelora lahir. Lahir melalui dialektika yang cukup panjang. Hingga menguat dengan cita-cita besar menjadikan bangsa ini memiliki marwah sebagai kekuatan 5 besar dunia.

Dari sekian partai yang saya amati, terutama partai - partai besar. Tak memiliki ide sebesar Gelora Indonesia. Ada partai yang sekadar ingin membela kaum marhaen. Yang agak lumayan Golkar, memiliki visi Indonesia 2045.

Yang patut saya acungi jempol, kepada DPN Gelora, sukses menggaet sejumlah tokoh-tokoh penting negeri ini untuk berucap salam atas ulang tahun Gelora Indonesia. Mulai dari presiden, seniman hingga tokoh milenial. Ucapan semacam ini amat sulit karena untuk partai politik. Sebab banyak orang yang menjaga diri dibalik kata “demi netralitas”.

Yang membuat saya surprise, ucapan dari presiden. Ditengah jadwal padat, dari detik ke detik yang sudah diatur oleh protokol kepresidenan, Pak Jokowi masih sempatkan diri ucapkan selamat hari lahir kepada Gelora Indonesia.

Emangnya, siapa Gelora...? Hingga presiden menyempatkan waktunya yang amat sangat mahal itu untuk syuting ucapan pada HUT Gelora ke 1. 

Suka tak suka, Pak Jokowi sudah menjadi endoser untuk Gelora Indonesia. Gak mudah untuk mendapat hal itu dari orang pertama di republik ini. Pemilik follower twitter, 14,7 Juta. 36 juta follower Instagram. Rate PP-nya dah berapa itu kakak...? 

Karena pasti banyak pertimbangan atas setiap ucapan presiden. Setiap kata yang keluar dari mulut presiden ada nilainya.

Apa pentingnya Gelora Indonesia bagi presiden. Punya anggota di Parlemen pun tidak. Gak terlalu penting dalam pengambilan keputusan politik dalam hubungan antar lembaga negara. Karena memang gak punya kader di lembaga negara.

Lagi-lagi, untuk kesediaan seorang presiden mengucapkan selamat ke partai yang belum jelas dapat kursi atau tidak di parlemen menjadi pertanda, partai ini memiliki “KUASA” bukan kekuasaan. Ada partai punya kekuasaan tapi gagal menguasai. Sungguh tragis nasib demikian itu. 

Oya, yang penting juga, Kapasitas  DPN harus bisa diimbangi oleh pengurus wilayah dan daerah. Sit gesit. Jangan sampai ketinggalan jauh dari gerak langkah  DPN. Kuncinya, cepatlah belajar dan menyesuaikan diri dalam pertarungan politik lokal masing-masing. (ah/tendabesar)

Selasa, 27 Oktober 2020
Catatan Kaki dari Kampoeng Cerewet

Lebih baru Lebih lama

ads

ads

نموذج الاتصال