Gegara Pemerintah Sipil Bergaya Peodal, Rakyat Takut Bersuara

Burhanudin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia. gstatic.com


TendaBesar.Com - Jakarta - Indikasi pemerintah menggunakan system peodalistik dalam kepemerintahannya sangat kentara dengan ditangkap dan dibungkamnya para pengkritik dengan berbagai pasal karet yang dikenakan.

Hal ini ditenggarai akan mengancam demokrasi yang kini telah berjalan cukup baik di negeri tercinta Indonesia.

Indikasi terancamnya kekebasan rakyat melakukan kritik kepada pemerintah tergambar dalam hasil survey Lembaga Indikator Politik Indonesia. Indikator menemukan adanya ketakutan yang mengakibatkan ketidak pedulian rakyat terhadap kondisi bangsa.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi. Ia mengatakan bahwa masyarakat makin takut bicara.

Burhanudin mencoba menggali dan menanyakan kepada masyaralat tentang beberapa hal seperti setuju tidaknya responden dengan adanya pernyataan bahwa warga makin takut dalam menyatakan pendapat.

Hasil yang didapatkan sangat mengejutkan. Masyarakat merasakan adanya ketakutan dalam menyampaikan pendapat atau kritiknya kepada pemerintah. Adapaun jawaban responden sebagai berikut.

"Hasilnya 21,9 persen sangat setuju; 47,7 persen agak setuju, 22 persen kurang setuju; dan 3,6 persen tidak setuju sama sekali," tutur Burhanuddin saat menjadi narasumber pada diskusi virtual, Minggu (25/10/20).

. Pertanyaan berikutnya yang diajukan kepada responden adalah “apakah responden setuju dengan pendapat bahwa warga makin sulit berdemonstrasi”. Hasil yang didapatkan juga cukup mengejutkan. Ada  20,8 persen sangat setuju; 53 persen agak setuju; 19,6 persen kurang setuju; dan 1,5 persen tidak setuju.

"Kemudian, setuju tidak bahwa aparat makin semena-mena menangkap warga yang berbeda pilihan politik dengan penguasa. 19,8 Persen sangat setuju; 37,9 agak setuju; 31,8 persen kurang setuju; dan 4,7 persen tidak setuju sama sekali," terang Burhan.

Sementara pertanyaan terakhir Indikator berkaitan dengan upaya penanganan pemerintah terhadap penyebaran Covid-19. Jawaban yang didapatkan cukup menggembirakan. Barangkali ini disebabkan adanya heart immunity yang sudah semakin tebal di dada masyarakat. 

Adapun jawaban yang didapatkan sebagai berikut. Sebanyak 2,5 persen responden menjawab bahwa pemerintah sangat dapat mengendalikan Covid-19; 51,8 persen menjawab cukup terkendali, 37,7 persen menjawab kurang terkendali, dan 5,3 persen menjawab tidak terkendali.

Kesimpulan dari survey Indikator tersebut tertuang pada hasil penjumlahan dari semua ipertanyaan. Hasilnya, mayoritas setuju bahwa kebebasan sipil mulai terganggu.

"Survei menunjukkan meningkatnya ancaman terhadap kebebasan sipil. Mayoritas publik cenderung setuju atau sangat setuju bahwa saat ini warga makin takut menyuarakan pendapat 79,6 persen, makin sulit berdemonstrasi atau melakukan protes 73,8 persen, dan aparat dinilai semena-mena menangkap warga yang berbeda pandangan politiknya dengan penguasa 57,7 persen," terang Burhanuddin.

Adapun survei Indikator dilakukan pada trentan waktu 24 September hingga 30 September 2020 dengan menggunakan panggilan telepon dikarenakan masih dalam pandemi Covid-19.

Sementara metode yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah responden 1.200 orang yang terpilih secara acak. (ah/tendabesar)

Lebih baru Lebih lama

ads

ads

نموذج الاتصال