Pasangan Prabowo-Gibran Peluang Menang atau Malah Ketendang


Oleh: Shobri, M.E.I
Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial


TendaBesar.Com - Opini - Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka telah secara resmi mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Mereka mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Rabu, 25 Oktober 2023

Di tengah prosesi tersebut, para analis politik menyatakan bahwa pemilihan Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan Prabowo dalam kontestasi Pilpres 2024 adalah seperti buah simalakama dalam upaya meraih suara pemilih. Di satu sisi, kehadiran Gibran dianggap dapat meningkatkan daya tarik Prabowo dengan memanfaatkan efek presiden Jokowi, namun efek ini juga berpotensi menjadi ancaman yang malah berdampak negatif, terutama di kalangan pemilih muda kaum milenial

Hal ini karena behembus  dugaan adanya rekayasa hukum yang dilakukan oleh MK, dan posisi Gibran yang dianggap belum memiliki pengalaman politik yang cukup untuk menjabat sebagai wakil presiden Republik Indonesia. Seperti diketahui sebelumnya, Wali Kota Surakata itu telah beberapa kali menolak tawaran untuk menjadi pendamping Prabowo. Namun, dalam beberapa hari terakhir, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membuka pintu bagi Gibran untuk menjadi calon wakil presiden, ia akhirnya menerima pinangan Prabowo.

Dalam putusan tersebut, Mahkamah Konstitusi (MK), dipimpin oleh Anwar Usman, yang juga merupakan adik ipar  Presiden Jokowi, memungkinkan Gibran untuk masuk dalam pertarungan Pilpres 2024. Hal ini dicapai dengan mengubah ketentuan yang menyatakan bahwa calon presiden dan calon wakil presiden dapat berusia di bawah 40 tahun selama memiliki pengalaman sebagai kepala daerah. Putusan ini dikeluarkan oleh MK pada tanggal 16 Oktober 2023

Firman Manan, pengamat politik dari Universitas Padjajaran, mengatakan bahwa suara Prabowo di Jawa Barat kemungkinan besar akan mengalami perubahan. Diketahui Jawa Barat adalah basis pemilih Prabowo pada pemilu 2019, namun kini banyak pemilih prabowo  yang tadinya solid mendukung tapi setelah menggandeng Gibran malah banyak dari mereka mulai ragu dan  memungkinkan untuk beralih dukungan.

Pada pemilihan presiden sebelumnya, Prabowo dikenal sebagai kandidat dari pihak oposisi, dan ia berhasil meraih dukungan di daerah-daerah yang memiliki kekuatan basis kelompok Islam. Firman Manan memprediksi kemungkinan besar suara dengan identitas agama ini akan beralih mendukung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar usai Prabowo Gandeng Gibran.

Pendapat senada diutarakan oleh Agus Riewanto, pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Ia berpendapat bahwa terjadi perpecahan suara di Jawa Tengah setelah Gibran secara resmi diumumkan sebagai calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). Namun demikian suara Jawa Tengang yang tadinya sebagian besar solid untuk Ganjar, kemungkinan terpecah ke Prabowo-Gibran, sementara suara yang tadinya solid untuk prabowo karena tidak suka Gibran kemungkinan beralih ke Anies-Muhaimin (Amin). 

Djayadi Hanan Direktur Eksekutif LSI, menemukan  potensi suara Prabowo berkurang lantaran putusan MK tersebut. Hanan mengatakan jika  masyarakat yang tahu putusan MK itu semakin banyak, dan mengetahui bahwa Anwar Usman adalah adik ipar presiden Jokowi, maka itu berpotensi akan menurunkan kredibilitas pemerintahan dan akan menyebabkan suara Prabowo-Gibran bakal merosot berubah haluan.

Hasil penelitian LSI menyoroti putusan MK yang dilakukan pada 16 – 18 Oktober, menemukan bahwa terdapat 37% masyarakat mengetahui informasi putusan MK yang meloloskan Gibran ke bursa Pilpres 2024 dan kemungkinan presentasenya akan terus bertambah.

Aisah Putri Budiarti (Puput), peneliti politik dari BRIN, menyatakan bahwa yang disebut sebagai efek Jokowi terhadap pasangan Prabowo-Gibran bisa menjadi buah simalakama. Dalam pandangannya,  Puput mengutarakan, efek Jokowi justru dapat menghambat langkah Prabowo memenangkan kontestasi pilpres 2024.

Puput beralasan bahwa sebagian masyarakat yang kemungkinan sebelumnya mendukung Jokowi, akan melihat putusan kontroversial MK dan akan berspekulasi tentang adanya dinasti politik setelah Gibran diumumkan sebagai calon wakil dari calon presiden Prabowo. Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan masyarakat tentang isu dinasti politik  justru bisa menjadi kerugian besar bagi pasangan Prabowo-Gibran

Tidak hanya itu, isu rekayasa hukum dan dinasti politik dapat dilihat oleh kandidat lain sebagai kelemahan bagi pasangan Prabowo-Gibran, dan bisa dikapitalisasi dan dijadikan bahan kampanye yang empuk dan tentunya akan meugikan  bagi pasangan yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) tesebut.

Pandangan berbeda disampaikan Ray Rangkuti, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia. Ia melihat bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berpotensi memenangkan pemilihan presiden 2024, jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan dukungan dan turun langsung ke lapangan untuk berkampanye memenangkan Prabowo-Gibran.

Ray meyakini, jika dalam dua putaran, maka Prabowo-Gibran dipastikan menang karena limpahan suara dari ke dua kandidat yang lain pasti akan berlabuh pada Prabowo-Gibran atau pilihan kedua abstain. Tetapi jika Presiden Jokowi secara aktif dalam kampanye untuk Gibran, maka ada kemungkinan suara akan mencapai lebih dari 50 persen ." kata Ray dalam Podcast "What The Fact! Politics" di CNN Indonesia.

Namun lagi-lagi kita tidak bisa memastikan siapa yang akan keluar sebagai pemenang pilpres 2024, pada 14 Pebruari 2024 nanti, meskipun kecendrungannya dalam lembaga-lembaga survey Nama Prabowo-Gibran, mengungguli kandidat lain, tetap saja pemenangnya telah ditulis oleh Allah di Lauhil Mahfuudz sana. 

Wallohu'alam


Lebih baru Lebih lama

ads

ads

نموذج الاتصال