TendaBesar.Com - Jakarta - Selain Jawa Barat, DKI Jakarta merupakah wilayah yang menjadi tolak ukur ekasistensi sebuah partai politik. Selain pemilihnya yang relative rasional, DKI Jakarta merupakah wilayah yang secara ekonomi maupun tingkat pendidikan masyarakatnya di atas rata-rata.
Eksistensi partai baru nampaknya belum terlihat di wilayah Ibu Kota Negara tersebut. beberapa partai baru yang telah dinyatakan lolos verifikasi vaktual seperti partai Gelora Indonesia, Partai Ummat, dan partai lainnya tak terendus elektabilitasnya oleh lembaga survey.
Terbaru hasil survei Indopolling Network mengungkap bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) masih menguasai dukungan pemilih di DKI Jakarta tak jauh berbeda seperti hasil Pemilu 2019 dibuntuti oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meningkat hingga menyalip partai Gerindra.
Dari paparan Indopolling Network berdasarkan simulasi pertanyaan tertutup pilihan partai warga DKI Jakarta, elektabilitas PDIP masih unggul dengan 22,8 persen. Disusul PKS 18,1 persen, Gerindra 11,2 persen, NasDem 8,8 persen, Demokrat 6,4 persen, Golkar 4,8 persen, PPP 4,0 persen, dan PKB 3,7 persen. Sementara partai lainnya masih di bawah 3,0 persen.
"Jika dibandingkan dengan hasil Pemilu 2019, yang menarik dari temuan hasil survei ini adalah adanya pergeseran posisi dukungan, di mana PKS berada di posisi kedua menggeser partai Gerindra," ujar Direktur Riset Indopolling Network Dewi Arum Nawangwungu dalam keterangan persnya, Sabtu (26/11/2022).
Jika dilihat dari dari sebaran dukungan wilayah, kata Arum, PDIP menguasai dukungan di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
"Sementara PKS terlihat unggul di wilayah Jakarta Selatan," papar Arum seperti dilansir merdeka.com
Dalam survey selain meneropong elektabilitas partai, Indopolling Network juga memotret respons publik Jakarta terhadap potensi penggunaan isu SARA dan penggunaan sarana tempat ibadah sebagai lokasi kampanye pada ajang Pilpres 2024 yang akan datang.
"Mayoritas publik DKI Jakarta 65,5 persen menyatakan penolakannya terhadap penggunaan tempat ibadah tertentu sebagai ajang sosialisasi/kampanye capres-cawapres. Mayoritas publik 71,8 persen juga menyatakan menolak penggunaan isu SARA dalam meyakinkan dukungan kepada pemilih," terang Arum yang juga dosen Ilmu politik FISIP Universitas Brawijaya itu.
Diketahui bahwa survei Indopolling Network dilakukan dengan metode Multistage Random Sampling selama periode 8-13 November 2022 dari populasi warga DKI Jakarta yang telah memiliki hak pilih. Adapun jumlah sampel dalam survei ini sebesar 880 responden dengan Margin of Error (MoE) sebesar + 3,4% pada tingkat kepercayaan sebesar 95%.
(ah/tb)